Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk
instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat, semisal hotel, perkantoran, mall dan
sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam
hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat
sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan
deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional
hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa
memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri
dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini
diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor Module.
Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga diperoleh sistem
yang benar-benar addressable (istilahnya fully addressable). Sedangkan addressable
detector adalah detector konvensional yang memiliki module yang built-in.
Apabila detector konvensional akan dijadikan addressable, maka dia
harus dihubungkan dulu ke monitor module yang terpisah.
Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch,
alamat module detector dapat ditentukan secara berurutan, misalnya dari 001
sampai dengan 127.
Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini "kalah
pemasangannya" dibandingkan dengan sistem konvensional adalah masalah
harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully addressable dimana jumlah
module adalah sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan
mahal. Sebagai "jalan tengah" ditempuh cara
"semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya menggunakan
Addressable, hanya saja satu module melayani beberapa detector
konvensional.
Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C,
melainkan yang ada adalah terminal Loop. Dalam satu tarikan loop bisa
dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya? Artinya jumlah
detector-nya bisa sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam
satu tarikan saja. Jadi untuk model panel addressable berkapasitas
1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (=127 zone). Jenis panel
addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau sama
dengan 254 zone dan seterusnya.
Jenis-jenis Detector Fire Alarm
Jenis-jenis Detector Fire Alarm
1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR
adalah yang paling banyak digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga
aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian
plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang
menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR
banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur
secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada
titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran.
Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain.
ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server,
ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa.
Saklar akan kontak saat mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan
(supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya
dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang
pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua
kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan
sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
2. Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector.
Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas
yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang
lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset,
basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan
sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan
terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa
menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada
ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m).
Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L
dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah
merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
3. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap
memiliki partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke
chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap
ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian
elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik,
maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari
panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja.
Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply
dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya.
Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita menempatkan Heat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
Jenis Smoke Detector:
Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita menempatkan Heat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
Jenis Smoke Detector:
Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang
bekerjanya berdasarkan pembiasan cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh
adanya asap yang masuk dengan kepadatan tertentu.
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil, sehingga cocok untuk di hallway (lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan karenanya boleh diletakkan di dekat dapur.
4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi
sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak
bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada
hubungannya dengan nyala api (flame).
Aplikasi yang disarankan:
-Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.
-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin,
pabrik, ruangan mesin, ruang panel listrik.
-Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.
Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi,
tidak dekat dengan lampu mercury, lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi.
Juga hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan api (spark), seperti di
bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam
percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon
detector terbilang cepat saat korek api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh
sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus sedikit
dicermati. Jangan sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di
bawah detector dianggap sebagai kebakaran. Bisa juga dipasang di ruang bebas
merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu
saja sebagai peringatan bagi orang yang "membandel".
5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas
yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas,
yaitu:
-LPG : Liquefied Petroleum Gas.
-LNG : Liquefied Natural Gas.
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak
digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat
daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak
terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika
terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas
inilah yang menentukan posisi detector sebagaimana ilustrasi di bawah ini:
Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah,
yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah detector menghadap ke atas. Hal
ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam
ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber
kebocoran tidak melebihi dari 4m.
Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi
di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah plafon dengan posisi detector menghadap
ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke
udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak
melebihi 8m.
Conventional Fire Alarm Control Panel
Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet
dari bahan yang kokoh seperti terlihat pada gambar di samping. Pada beberapa
tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan maksud agar bisa dibedakan
dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali
semua sistem dan merupakan inti dari semua sistem alarm. Oleh sebab itu,
maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada
sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari
lokasi yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan
orang yang tidak berhak. Perlu diingat, kendati bukan merupakan alat
keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat bersangkutan jiwa manusia, sehingga
kekeliruan sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1
Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan kapasitas panel disesuaikan
dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain tentu saja pertimbangan
soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang
menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh
panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran
(Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya
pasokan listrik pada sistem.
-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai
masih penuh atau sudah lemah.
-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan
adanya posisi switch yang salah.
-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat
lagi akan terjadi deteksi dan sederetan indikator lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual
secara rutin, karena secara teknis ia sudah beroperasi selama 24 jam non-stop.
Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh
pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap
kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti,
sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua
kali dalam setahun guna memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan
baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar operasi yang benar, jangan
sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya
disebabkan oleh bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.
"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm
terdiri dari:
1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.
3. Fire Bell.
Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di
tembok berjajar ke bawah ataupun ditempatkan dalam satu plat metal yang berada
tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api).
1. Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang:
-sering terlihat oleh banyak orang,
-terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,
-mudah dijangkau.
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru.
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling berkomunikasi.
2. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.
3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan pesan di sini